Legenda “Gong Senen”

Posted by athieftemplate, on: Selasa, 22 Februari 2011


Pada waktu Jepara diperintah oleh Kanjeng Adipati dalam abad yang lalu, terjadi keajaiban dengan adanya seperangkat “GAMELAN” yang datangnya tiba-tiba dan tidak diketahui dari mana asalnya. Kemudian Kanjeng Adipati mencoba dan mengamankan dan membunyikan / menabuh “GAMELAN” tersebut tetapi tidak bisa berbunyi.
Ditradisikan di Kabupaten Jepara bahwa setiap tanggal 28 (1 bulan sekali) seluruh LURAH dan TOKOH MASYARAKAT di seluruh wilayah Kabupaten Jepara mengadakan pisowanan agung di Pendopo Kabupaten dengan membawa hasil bumi dari daerah masing-masing sebagai tanda hormat dan tunduk pada Kanjeng Adipati (asok glondong pangareng-ngareng). Kemudian pada saat itu oleh Kanjeng Adipati Jepara disampaikan tentang adanya seperangkat gamelan yang datangnya secara misterius itu pada semua hadirin pada waktu mengadakan paseban / pertemuan yang pada pokoknya Kanjeng Adipati menceritakan masalah gamelan yang tidak bisa dibunyikan oleh Kanjeng Adipati, kemudian Kanjeng Adipati memberi kesempatan pada para lurah dan tokoh masyarakat untuk menabuh / membunyikan gong / gamelan tersebut satu per satu. Pada giliran Lurah Senenan gamelan tersebut bisa berbunyi maka Kanjeng Adipati memberikan mandate pada Bapak Lurah Senenan untuk memelihara dan membunyikan hingga sekarang.
Pada waktu Kanjeng Gusti Pakubuwono dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat mengadakan kunjungan ke Kadipaten Jepara, berkenan untuk mengambil dan membawa seperangkat gamelan itu ke Keraton Surakarta dan menggantikannya dengan gamelan yang diambil dari keratin Surakarta Hadiningrat.

Mengapa disebut gong senen?
Karena menurut cerita, yang mampu untuk menabuh hanyalah Lurah / masyarakat desa Senenan dan waktunyapun khusus pada hari Senin pagi dan sore hari.
Maksud dan tujuan dibunyikan gong senen pada hari tersebut adalah untuk keselamatan keluarga Kanjeng Adipati dan masyarakat seluruh Kadipaten Jepara dan sekarang diberi nama “PRADONGGO BIROWO”
# Seperangkat gamelan tersebut terdiri dari :
Gong Besar : 1 buah
Kecrek / kecer : 2 buah
Kendang : 2 buah
Kempul : 2 buah
# Gending / lagu yang dinyanyikan sejak dahulu meliputi :
Coro Balen
Sendon Arang – arang
Kethuk Tutul
Kodok Ngorek
tag

Benteng Portugis

Posted by athieftemplate, on: Minggu, 20 Februari 2011


Salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Keling atau 45 km di sebelah utara Kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan aspal dan transportasi regular.

Dilihat dari sisi geografis benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kontrol Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknyaPada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda.



Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram. Kejadian ini membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.

Di kanan kiri jalan sebelum gerbang masuk obyek wisata pemandangannya sangat indah berupa hamparan sawah, perbukitan, dan rimbunnya tanaman. Dari kejauhan juga sudah terlihat Pulau Mandalika.



Setelah masuk gerbang, di kaki bukit terhampar dataran berumput yang cukup luas diselingi pohon kelapa dan pohon peneduh lainnya. Ada pula areal parkir, mainan anak, dan kios-kios souvenir.



Akses menuju benteng bersejarah ini berupa jalan menanjak dan berliku yang di kanan kirinya berjajar pepohonan yang umurnya mencapai ratusan tahun. Di depan bangunan benteng disediakan areal parkir untuk pengunjung dan di dalam benteng terdapat gazebo dan tempat duduk untuk bersantai.



Pengunjung dapat berjalanan mengelilingi bukit menyusur pantai melalui jalan paving untuk menikmati pemandnagan berupa deburan ombak yang menghempas bebatuan alam dan Pulau Mamdalika di seberang laut. Bahkan setap hari selalu ada orang yang memancing ikan dari atas bebatuan di sini. Dari jalan paving pengunjung dapat naik menuju bangunan benteng melalui 3 jalur berupa jalan setapak menanjak berbentuk tangga dari bahan beton.




Di kaki bukit sisi sebelah barat terdapat 2 buah bangunan yaitu tempat mengintai musuh dan pintu terowongan ke atas menuju meriam utama di dalam benteng. Rencananya pintu terowongan ini dalam waktu dekat akan dibuka oleh Dinas Kepurbakalaan Provinsi Jawa Tengah untuk dapat dinikmati wisatawan. Bahkan beberapa tahun ke depan sudah dialokasikan dana dari APBN untuk revitalisasi benteng dan pembangunan hotel dengan view ke laut.


Rencana pembangunan OW. Benteng portugis sampai 2012



Berdasarkan peraturan daerah Kab.Jepara tentang retribusi tempat rekreasi tanggal 30 Desember 2010 :
PENGUNJUNG

Senin s/d Jum'at :
Anak :Rp 1.500,-
Dewasa :Rp 2.500,-
Sabtu s/d Minggu&Hari libur :
Anak :Rp 2.000,-
Dewasa :Rp 3.500,-

KENDARAAN

Sepeda motor : Rp 1.000,-( Titipan sepeda motor :Rp 3.000)
Sedan/Jeep/dan sejenisnya :Rp 2.500,-
Mini bus : Rp 5.000,-
Bus besar / Truk : Rp 10.000,-




tag

Anjungan Jepara di Puri Maerokoco Semarang

Posted by athieftemplate, on: Selasa, 01 Februari 2011


Anjungan Jepara di Puri Maerokoco Semarang dibangun berdasarkan surat Gubernur Kepala Tingkat I Jawa tengah, Nomor : 510.1/32442 tanggal 29 Agustus 1991 yang merupakan sarana informasi dan promosi Kabupaten Jepara tentang produk andalan komoditi non migas yang berupa industri kerajinan dari pariwisata.

Luas Anjungan Jepara di Puri Maerokoco Semarang adalah 890,74 yang terdiri :

1. Bangunan tradisional dengan luas bangunan 63 m2

2. Pradonggo Birowo dengan luas bangunan 9 m2

3. Sclupture palace dengan luas bangunan 9 m2

4. Bangunan serba guna dengan luas bangunan 147 m2

5. Gapura Mantingan dengan luas bangunan 12,75 m2

6. Miniatur air terjun Songgo langit dengan luas 16 m2

7. Toilet service room dengan luas bangunan 227,70 m2

8. Taman dengan luas 373,33 m2

9. Bangunan plaza dengan luas 217 m2

Pembangunan anjungan Jepara di Puri Maerokoco Semarang dimulai pada bulan Juni 1992 dan selesai pada bulan Juli 1993 dengan biaya sebesar Rp 407.887.600,- melalui Inpres 1993/1994.

PENJELASAN ANJUNGAN JEPARA

1. 1. 1.Bangunan bangunan dalam anjungan Jepara terdiri atas :

a. Joglo Jepara

Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai

Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah :

- Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir

- Memiliki 4 buah tiang ditengah bangunan

- Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif gambar wayang

Adapun konsep falsafah dari bangunan Joglo ini adalah :

- Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas

- Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak conggak dan tinggi hati

- Atap berujud pegunungan dengan maksud religious yaitu tuhan diatas dan berkuasa atas segalanya.

- Tiga buah pintu didepan merupakan perwujudan hubungan antara:

-Manusia dengan Tuhan

-Manusia dengan manusia

-Manusai dengan alam

- Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai

Perwujudan cara hidup yang luas.

b. Pradonggo Birowo

Bangunan ini merupakan duplikat dari bangunan aslinya yang ada disebelah kiri pendopo Kabupaten Jepara. Fungsi bangunan ini adalah sebagai tempat gamelan yang hanya terdiri atas kendang,kecrek,kempul,dan genjur. Dibunyikan setiap hari senin sehingga gamelan ini oleh orang Jepara disebut GONG SENEN.

c. Sclupture Palace

Bangunan ini merupakan bangunan monumental bagi potensi industry kerajinan di Jepara yaitu dalam bentuk patung orang yang menggambarkan sedang memahat kuda yang maksudnya merupakan syimbol dinamika Jepara sebagai kota ukir.

d. Bangunan Serbaguna

Bangunan ini diadakan untuk kepentingan minampilkan kesenian-kesenian Jepara dalam event-event tertentu yang diprogramkan.

e. Gapura Mantingan

Gapura ini merupakan duplikat gapura kuno yang ada di Desa Mantingan yang merupakan pintu masuk menuju Makam Ratu Kalinyamat dan masjid Kuno Mantingan. Dilihat dari sisi arsitektur diperkirakan gapuro mantingan ini dibangun pada akhir abad XVII yaitu dalam pengertian Bahasa arab ghoruuen yang bermakna agar setiap orang yang datang kekomplek Masjid kuno Mantingan dan makam Ratu kalinyamat agar selalu ingat untuk memohon ampunan pada Tuhan yang maha esa.

f. Miniatur Air Terjun Songgolangit

Bangunan ini merupakan prototip dari sebuah obyek wisata alam yang indah dengan air terjunnya yang berlokasai di desa Bucu Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.

g. Toilet / service room

Bangunan ini disamping untuk toilet juga berfungsi sebagai gudang .

2. 2.Penjelasan isi dan penggunaan bangunan.

1. Direncanakan bangunan joglo Jepara akan diisi dengan :

a. Duplikat meja kursi RA Kartini

b. Meja marmer kuno

c. Alat tenun tradisional dari torso

d. Lukisan imajinasi Ratu Kalinyamat

e. Lukisan RA Kartini

f. Contoh beberapa hasil industry kerajiana Jepara, Seperti relief, tenun ikat, monel, dan lain-lain

2. Pada waktu tertentu bangunan joglo Jepara ini bersama dengan bangunan serbaguna dapat digunakan pula sebagai Anjang pameran

3. Atraksi Kesenian
Pada event-event tertentu, gedung serbaguna dapat digunakan pula untuk kepentingan atraksi seni khas Jepara antara lain : emprak, kentrung, ketoprak,dll

tag