PANTAI TELUK AWUR

Posted by athieftemplate, on: Rabu, 03 Desember 2008



Salah satu pantai di kabupaten Jepara yang cukup indah dan menarik untuk di kunjungi adalah Pantai Teluk Awur.
Pantai ini terletak di Desa Teluk awur kecamatan Tahunan sekitar 4 km ke arah selatan dari pusat kota Jepara,namun demikian jika dilihat pantai ini tidak kalah menariknya dengan pantai lainnya yang ada diJepara,setiap Event Lomban pantai ini juga gak kalah ramenya dengan pantai-pantai lainnya dan banyak juga hiburan-hiburan yang menarik .
Setiap hari Minggu atau libur pantai ini cukup ramai dikunjungi oleh pelancong baik dari sekitar Jepara sendiri, ada pula warga luar kota Jepara yang juga mampir mencoba melihat keindahan pantai yang masih alami ini
Untuk yang mempunyai hobi berenang Pantai Teluk awur kondisi airnya cukup bersih karena jauh dari lalangnya perahu dan kapal, sehingga aman jika digunakan untuk mandi dan berenang
Anda tertarik ?silahkan kunjungi !!!

tag

AIR TERJUN SONGGO LANGIT

Posted by athieftemplate, on:



Obyek wisata ini terletak di desa Bucu kecamatan Kembang 30 km sebelah utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian 80 meter dan lebar 2 meter. Konon menurut cerita bahwa tempat ini akan menjadikan awet muda bagi para pengunjung yang melakukan cuci muka ataupun mandi.
Panorama alam di sekitar obyek wisata ini begitu indah dan udaranya cukup nyaman, sehingga sangat cocok untuk acara santai atau kegiatan rekreasi lainnya. Di tempat pula banyak dijumpai kupu-kupu yang beraneka ragam jumlahnya dengan warna-warni yang cukup indah. Unyuk mencapai obyek wisata tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 dengan kondisi jalan beraspal.
Menurut legenda, Dikisahkan ada seorang jejaka yang berasal dari desa Tunahan menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal Dukuh Sumanding Desa Bucu Kecamatan Kembang. Jalinan cinta mereka ahirnya berlanjut hingga ke jenjang perkawinan. Di sini diceritakan bahwa antara desa Tunahan dan desa Bucu terbentang sungai (sekarang ini sungai yang berada di atas
obyek wisata tersebut airnya mengalir ke bawah menjadi air terjun). Pada zaman dahulu seorang laki-laki melamar seorang perempuan harus membawa perabotan dapur seperti wajan, piring, gelas, dll. Serta membawa hewan piaraan kerbau, sapi, kambing, dll.



Pada suatu fajar si isteri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Dalam penyediaan sarapan tersebut si isteri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur yang saling bersentuhan. Alkisah, sang mertua (ibu si isteri) menegur anaknya : “Ojo glondhangan, mengko mundhak bojomu tangi” atau dalam bahasa Indonesia : “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun”. Rupanya si suami salah mendengar “Kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu”.
Pada saat itu juga si suami merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada suatu tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi dari rumah untuk pindah ke tempat asal suami dengan mengendarai pedati/gerobak yang ditarikoleh sapi. Oleh karena jalannya begitu gelap, maka pedati yang mereka naiki salah jalan (kesasar) sehingga terasa pedati tersebut masuk jurang yang sangat dalam (sekarang air terjun Songgolangit) dan sepasang pengantin tersebut hilang tidak ada yang mengetahui keberadaanya.
Legenda tersebut bersifat turun temurun dan masih melekat kuat di hati masyarakat setempat sehingga merupakan pantangan antara orang-orang desa Tunahan dan desa Bucu untuk hidup sebagai suami isteri, karena dikuatirkan hubungan rumah tangga mereka akan mengalami kemelut.

Sedangkan dinamakan air terjun Songgolangit, karena dilihat dari bawah maka air terjun tersebut tampak seakan akan menyangga horizon langit (jawa : nyonggo langit).
Konon ceritanya air terjun ini ditunggui oleh sepasang suami isteri yang ikut menjaga kenyamanan para wisatawan yang menikmati keindahan obyek wisata tersebut, karena mereka merasa bahwa pengunjung-pengunjung adalah tamunya yang perlu dihormati dan dijaga keamanannya dan kenyamananya.
Saat ini obyek wisata ditutup sementara karena perlu dilakukan penataan ulang agar ke depan pengunjung lebih terjamin kenamanan dan kenyamanannya.
tag

PULAU MANDALIKA

Posted by athieftemplate, on:



Pulau Mandalika letaknya berhadapan langsung dengan Objek Wisata Benteng Portugis dengan jarak + 2 km. Untuk mengunjungi pulau ini dapat menggunakan perahu nelayan bermesin tempel dengan waktu tempuh tidak lebih dari 0,5 jam.
Pulau ini tidak berpenghuni, hanya 1 orang operator / penjaga mercusuar yang bertugas di sana. Alamnya berupa hutan yang masih perawan sehingga banyak binatang berbisa seperti : ular, kalajengking, dan kepiting hitam (gotho). Pantainya curam dan berbatu sehingga pulau ini dikelilingi laut yang cukup dalam.
Bagi yang suka memancing, dapat melakukan aktivitas ini baik dari daratan Pulau Mandalika atau dari bebatuan yang ada di bawah Benteng Portugis atau dapat juga dengan menyewa perahu. Ikan yang diperoleh pemancing biasanya jenis kerapu, kakap putih, gerabah, pari, dan sembilang


tag

PANTAI BONDO

Posted by athieftemplate, on:
Berlokasi di Desa Bondo Kecamatan Bangsri + 17 km. dari pusat kota. Pantai sepanjang + 2 km berpasir putih dan di sekitar pantai banyak pohon peneduh yang didominasi jenis pandan.
Pada saat musim barat ombaknya cukup besar, namun setelah itu airnya tenang dan jernih. Didukung lautnya yang dangkal, lokasi ini sangat baik untuk mandi laut. Apalagi sekarang sudah ada inisiatif masyarakat untuk menyediakan shower room (tempat bilas) dan ban untuk disewakan.


Dari pantai ini dapat terlihat jelas PLTU Tanjung Jati B yang begitu megah. Di sebelah utara PLTU terdapat karang dalam seluas ratusan km2 dengan kedalaman 35 m – 50 m dengan bermacam jenis ikan sangat pas untuk yang hobi memancing.



tag

MUSEUM KARTINI

Posted by athieftemplate, on:


Museum RA. Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis museum umum dan sekaligus sebagai Obyek Wisata sejarah yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jepara selaku Dinas Teknis yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah. Museum ini dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RA Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.

Tujuan didirikan museum ini adalah untuk mengabadikan jasa-jasa perjuangan RA Kartini dengan cara mendokumentasikan, memamerkan, dan memvisualkan benda-benda bersejarah peninggalan milik kakak kandungnya serta benda warisan budaya lainnya yang banyak ditemukan di daerah Kabupaten Jepara. Gedung museum dibangun di atas areal seluas 5.210 m2 dengan luas bangunan 890 m2 dan terdiri dari tiga buah gedung.
RUANG I
Ruang ini berisi koleksi peninggalan RA Kartini berupa benda-benda dan foto-foto miliknya semasa masih hidup antara lain : (Satu) set meja kursi tamu yang masih asli terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas motif Jawa kuno; Lukisan wajah beliau pada saat melangsungkan pernikahannya dengan Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Djoyodiningrat pada tanggal 12 Nopember 1903; Foto contoh tulisan dalam bahasa Belanda yang ditujukan kepada sahabatnya di negeri Holland; Foto putera satu-satunya yaitu Raden Mas Singgih yang waktu kecilnya bernama Susalit (Jawa : susah wiwit alit atau dalam bahasa Indonesia susah sejak kecil); Foto ayahandanya, RMAA. Sosroningrat yang pernah menjabat sebagai Bupati Jepara yang waktu itu pusat pemerintahannya berada di Pendopo Kabupaten; Foto ibu kandungnya, MA. Ngasirah yang berasal dari desa Telukawur Jepara; Meja belajar; Piring dan mangkok; Hasil keterampilan tangan muridnya berupa renda; Alat untuk membatik berupa canting milik RA Kartini; Silsilah RA Kartini; Serambi belakang pendopo Kabupaten; Botekan, sebuah tempat untuk menyimpan jamu sebagai persiapan pada saat RA Kartini akan dilahirkan; Mesin jahit kepunyaan muridnya yang sampai sekarang masih dapat dioperasikan.









RUANG II
Di ruang ini kita akan menjumpai benda-benda peninggalan maupun foto- foto dari kakak kandungnya, Drs. RMP. Sosrokartono. Tokoh yang turut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sekaligus sebagai motivator dan pendorong bagi cita-cita mulia RA Kartini, menguasai 26 jenis bahasa dan pandai dalam bidang pengobatan dengan menggunakan “Air Putih” sebagai media perantara. Beliau terkenal dengan sebutan “Joko Pring” atau “Mandor Klungsu” dan orang-orang sering memanggil beliau dengan julukan “Ndoro Sosro”. Selain itu beliau terkenal lewat ilmunya “Catur Murti” yaitu perpaduan antara ucapan, perasaan, pikiran, dan perbuatan. Menurut ajaran ilmu tersebut bilamana orang menguasai dan mampu memadukan keempat unsure di atas niscaya orang itu akan menjadi manusia yang sejati (Jawa : Mumpuni). Beberapa benda peninggalan dan foto-foto yang ada di ruangan ini antara lain: Kursi-kursi untuk antri para pasien yang kondisinya masih asli; kursi sofa untuk istirahat; tempat pengobatan sekaligus tempat pembaringan terakhir pada saat beliau wafat; foto gambar gunung Lawu dan Merapi yang diambil tidak melalui pesawat terbang maupun satelit, namun dari suatu tempat tertentu dengan kekuatan ilmu yang dimilikinya; ruang semedi; meja marmer asli; gambar huruf Alif yang terpasang pada bingkai sebagai tanda untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dalam mengobati pasien; dll.



Ruang III

Benda-benda yang ada di ruangan ini meliputi benda-benda purbakala periode abad VII yaitu peninggalan Ratu Shima.
Ratu Shima adalah penguasa kerajaan Kalingga di daerah Keling Kabupaten Jepara dan benda-benda kuno bernilai sejarah yang ditemukan di wilayah Jepara, antara lain:
Foto beberapa barang kerajaan yang terbuat dari emas dan platina, patung arca trimurti dan siwa mahaguru, yoni dan lingga, kepingan mata uang gopeng yang terbuat dari logam, potongan ornament batu berukir yang sekarang ini masih dapat dilihat pada dinding masjid Mantingan Jepara, Seperangkat gamelan kuno, bak mandi dan guci untuk menyimpan air yang terbuat dari tanah liat, beberapa barang keramik yang ditemukan di sekitar perairan Karimunjawa, dll.
Selain benda-benda di atas disajikan pula beberapa contoh barang hasil kerajinan dari Jepara yang terkenal yaitu:
Ukir-ukiran, tenun ikat tradisional dari desa Troso, monel (logam baja putih) yang tidak berkarat atau stenlis steel, keramik, rotan dan anyaman bambu.


Ruang IV
Di ruang ini dapat kita lihat kerangka ikan raksasa “Joko Tuo” yang panjangnya 16 meter dan lebar 2 meter dengan berat 6 ton. Ikan tersebut ditemukan tahun 1989 di Pulau Karimunjawa dalam keadaan mati namun masih ada sisa-sisa dagingnya. Menurut pakar sejarah /arkeologis bahwa ikan ini sebangsa ikan gajah, karena pada bagian kepalanya terdapat semacam gading seperti yang dimiliki hewan gajah serta ada bahasa latin dan spesies khusus untuk hewan tersebut. Namun kebanyakan para pengunjung menyebut ikan itu dengan nama ikan Paus.

Jam Pelayanan : 08.00 – 16.00 WIB

Berdasarkan peraturan daerah Kab.Jepara tentang retribusi tempat rekreasi tanggal 30 Desember 2010 :
PENGUNJUNG

Senin s/d Jum'at :
Anak :Rp 1.500,-
Dewasa :Rp 2.000,-
Sabtu s/d Minggu&Hari libur :
Anak :Rp 2.000,-
Dewasa :Rp 3.000,-

KENDARAAN

Sepeda motor : Rp 1.000,-( Titipan sepeda motor :Rp 3.000)
Sedan/Jeep/dan sejenisnya :Rp 2.500,-
Mini bus : Rp 5.000,-
Bus besar / Truk : Rp 10.000,-

tag