WISATA ALAM: KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Posted by athieftemplate, on: Rabu, 24 November 2010



Karimunjawa adalah satu dari 16 Kecamatan di Jepara.
Karimunjawa terdiri dari 4 desa (Karimun, Kemujan, Parang dan Nyamuk).
Obyek wisata Bahari terpadu Taman Nasional Laut Karimunjawa ini merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di tingkat regional bahkan International, Karimunjawa memiliki keindahan alam bawah laut yang alami/perawan dan sangat menakjubkan, dengan aneka jenis terumbu karang yang paling lengkap di dunia, biota laut dan ikan karang beraneka warna, hamparan pasir putih di setiap pulau dari 27 pulau yang ada menjadikan Karimunjawa laksana surga bagi pengunjung wisatawan baik mancanegara maupun domestik .

Kebijakan pengembangan pariwisata di Taman Nasional Karimunjawa diarahkan pada wisata berwawasan lingkungan, minat khusus atau sering disebut Ekowisata/Ecotourism/wisata alam dan ekosistem utama kawasan. Adapun wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan wisata yang bersifat wisata minat khusus yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, sedangkan ekosistem utama kawasan adalah Hutan Hujan Tropis Dataran rendah, Hutan Mangrove, Terumbu Karang, Hutan Pantai, Padang lamun dan rumput laut.

Adapun potensi yang dimiliki Oleh Karimunjawa adalah sebagai berikut:
A. Wisata alam
Wisata alam di Karimunjawa dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) atraksi yaitu atraksi alam daratan, atraksi alam perairan dan atraksi wisata budaya.

1. Atraksi alam daratan :

- Kegiatan Hiking/Tracking dan Camping.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan di beberapa pulau di Taman Nasional Karimunjawa, Camping Ground di Legon Lele, Hiking di Jalur Trail Bukit Bendera, Bukit Tengkorak, Bukit Maming, dan Jalur Darat Mangrove di Terusan.

- Canoing
Kegiatan ini dapat dilakukan pada musim-musim tertentu dengan menggunakan Kano dan dapat menyeberang ke pulau-pulau serta dapat menyusuri wilayah hutan mangrove.
- Sunbathing
Aktivitas ini terdapat di Pulau Menyawakan, di sebelah barat Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil, serta di sebelah Barat Pulau Cemara Kecil.
- Caving
Wisata penelusuran goa yang dapat dilakukan di Goa Sarang di Pulau Parang.
- Atraksi Penyu bertelur di Pulau Sintok pada musim bertelur.
- Bird Watching
Kegiatan ini dapat dilakukan di zona perlindungan wilayah daratan. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 52 spesies burung darat. Hal ini sangat mendukung untuk dikembangkan kawasan wisata Bird Watching

2. Atraksi Alam Perairan :

a.Diving
Aktivitas ini dilakukan untuk melihat keindahan terumbu karang yang menyebar pada beberapa pulau di Karimunjawa. Kegiatan ini diarahkan pada interpretasi jenis karang dan ikan karang serta biota laut lainnya. Hampir seluruh gugusan pulau dikelilingi terumbu karang hingga kedalaman 20 m. Daerah yang mendukung untuk dijadikan aktivitas ini meliputi sebelah Utara Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil, daerah sekitar Pulau Kemujan, sekitar Pulau Parang dan Pulau Kembar dan Pulau Kembang.
b. Swimming
Daerah yang mendukung untuk dijadikan aktivitas ini meliputi sebelah Utara Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil, daerah sekitar Pulau Kemujan, sekitar Pulau Parang dan Pulau Kembar dan Pulau Kumbang.
c. Snorkling
Aktivitas ini bisa dilakukan di beberapa tempat antara lain Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil, sebelah Barat Pulau Kembar, sebelah Utara dan Timur Pulau Krakal Kecil.
d. Fishing
Fishing adalah kegiatan memancing yang dapat dilakukan di seluruh Perairan Kepulauan Karimunjawa. Kegiatan tersebut sangat mengasyikkan sebagai sarana wisata minat khusus. Dengan beraktivitas memancing juga bisa melihat hamparan pasir putih dan bukit – bukit yang hijau di sepanjang perairan karimunjawa. Di Perairan Karimunjawa terdapat ikan yang sangat banyak dan bervariasi. Oleh karena itu di Karimunjawa dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan lomba memancing. Lomba tersebut telah diagendakan menjadi event tahunan yang diikuti oleh beberapa daerah.


3. Atraksi Wisata Budaya


Atraksi wisata budaya yaitu : kesenian rakyat (reog barong, pencak silat yang diiringi gamelan), acara tradisional (perkawinan suku bugis, upacara peluncuran perahu, menambak ikan, mengunjungi Makam Sunan Nyamplungan, Makam Sayid Kambang, Makam Sayid Abdullah dan sumur Wali). Sunan Nyamplungan diceritakan sebagai orang pertama yang mendiami Kepulauan Karimunjawa, yang juga murid Sunan Kudus. Rumah adat yaitu hasil budaya manusia yang dinilai cukup menarik untuk dijadikan obyek wisata. Keanekaragaman suku yang ada mampu menarik pengunjung untuk berkunjung ke Karimunjawa.
Reog barongan yang terdapat di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan dan Pulau Parang. Untuk masa mendatang, kesenian rakyat ini dipertunjukkan pada momentum tertentu saja, seperti misalnya acara khitanan dan Perayaan HUT Proklamasi RI. Di Pulau Parang kesenian ini sudah ada sejak 25 tahun yang lalu, namun saat ini sudah punah karena regenerasi pemain dan kondisi peralatan yang memprihatinkan. Adat perkawinan adat suku Bugis yang dimulai dengan acara Mapuce-mapuce, Massuro, Maddupa, Mappaenre dan pesta Anggaukeng.

B. Ekosistem Utama Kawasan

1. Hutan Hujan Tropis Dataran rendah
Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian 0-506 m dpl di Pulau Karimunjawa dengan luas 1285,5 Ha. Ditemukan 124 species dan 5 genus flora di kawasan hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa. Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Sentul (Sandoricum koetjape), Ande-ande (Antidesma montanum), Berasan (Gomphia serrata), Gondorio (Bouea macrophylla). Termasuk didalamnya keberadaan flora khas Karimunjawa yaitu Dewadaru (Fragrarea eleptica), Sawo Kecik (Manilkara kauki) dan Kalimosodo (Cordia subcordata) yang populasinya mulai menurun karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat.
Jenis fauna darat yang umum dijumpai adalah Rusa (Cervus timorensis), Kera ekor Panjang (Macaca fascicularis karimondjawae), selain itu terdapat 16 reptilia dan 2 jenis amphibia di Taman Nasional Karimunjawa jenis Ular Edor (Calloselasma rhodostoma). Ditemukan juga 23 jenis kupu dari 8 famili yaitu Euploea crameri karimondjawaensis, Euploea sylvester karimondjawaensis dan Idea leuconoee karimondjawae, ditemukan sebanyak 8 jenis capung, 6 jenis belalang, famili Gryllidae ditemukan 3 jenis, Tetrigidae sebanyak 1 jenis. Ditemukan 54 species burung yang tergabung dalam 27 famili, 16 jenis merupakan species yang dilindungi Undang-undang. Berbagai jenis burung khas yang dapat dijumpai di Karimunjawa adalah Pergam Ketanjar (Ducula rosaceae), Trocokan (Picnonotus govier varkarimunjawa) dan Betet Karimunjawa (Psitacula alexandri varkarimunjawa).

2. Ekosistem Hutan Mangrove
Hutan Mangrove tersebar hampir di seluruh pulau di Kepulauan Karimunjawa, dengan luasan yang berbeda. Pulau-pulau yang memiliki ekosistem mangrove adalah Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Pulau Mrican, Pulau Menyawakan, Pulau Sintok. Hutan Mangrove terluas terdapat di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan seluas 396,9 Ha (Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2004).
Jenis Mangrove yang ada di Karimunjawa sebagian besar termasuk kelas mangrove sejati sebanyak 25 species dari 13 famili, 9 species dari 7 famili mangrove ikutan di dalam kawasan dan 5 species dari 5 famili mangrove ikutan di luar kawasan (Balai Taman Nasional, 2004).

3. Ekosistem Terumbu Karang
Gugusan terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa merupakan terumbu tepi dan taka. Terdapat 66 genera karang keras dan 3 genera karang halus. Kondisi terumbu karang secara umum mempunyai rata-rata penutupan 40 %. Rendahnya persen penutupan karang tersebut disebabkan oleh degradasi akibat bencana alam, terdapat di sisi barat Pulau Burung, Pulau Krakal Besar dan Pulau Krakal Kecil, Pulau Karang Kapal, Pulau Bengkoang dan Pulau Menyawakan. Pada Umumnya rataan karang di bagian barat cenderung tinggi tingkat kerusakannya akibat gelombang musim barat yang keras dan eksploitasi yang tinggi oleh masyarakat sehingga hanya jenis karang tertentu saja yang dapat bertahan.
Pada ekosistem terumbu karang di kepulauan Karimunjawa ditemukan tiga kelompok Invertebrata yang dominan yaitu Kima, Bintang Laut, Bulu Babi. Selain itu juga ditemukan Ikan Karang yang secara keseluruhan berjumlah 342 species yaitu di sebelah timur Pulau Sintok.

4. Ekosistem Hutan Pantai
Vegetasi Hutan Pantai dicirikan oleh adanya Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina eguisetifolia), Kelapa (Cocos nucifera), Jati Pasir (Scaerota frustescens), Setigi (Pemphis acidula), dan Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).

5. Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun tersebar di seluruh perairan Taman Nasional Karimunjawa sampai kedalaman 25 m yang memiliki pola penyebaran berdasarkan kesamaan jenis. Ditemukan 8 species lamun di tiga lokasi yaitu Pancuran, Legon Lele dan Ujung Gelam. Species tersebut adalah Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetilium, Thalassia hemprichi, Thalassodensron ciliatum (Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2004).


























































































NAMA PULAU LUAS DARATAN (Ha) STATUS PULAU
Karimun 4.302,5 Berpenghuni tetap
Kemujan 1.501,5 Berpenghuni Tetap
Parang 692 Berpenghuni Tetap
Genting 137 Berpenghuni Tetap
Nyamuk 126 Berpenghuni Tetap
Menjangan Besar 56 Berpenghuni Tetap
Menjangan Kecil 46 Berpenghuni Tetap
Menyawakan 24 Berpenghuni Tetap
Sambangan 8 Berpenghuni Tetap
Geleang 24 Berpenghuni Tidak Tetap
Seruni 20 Berpenghuni Tidak Tetap
Kembar 15 Berpenghuni Tidak Tetap
Kumbang 12,5 Berpenghuni Tidak Tetap
Tengah 4 Berpenghuni Tidak Tetap
Kecil 2 Berpenghuni Tidak Tetap
Bengkoang 79 Tidak Berpenghuni
Merica 1 Tidak Berpenghuni
Katang 7,5 Tidak Berpenghuni
Krakal Besar 10 Tidak Berpenghuni
Krakal Kecil 10 Tidak Berpenghuni
Batu 0,5 Tidak Berpenghuni
Cemara Besar 3,5 Tidak Berpenghuni
Cemara Kecil 1,5 Tidak Berpenghuni
Burung 1 Tidak Berpenghuni
Sintok 21 Tidak Berpenghuni
Gundul 4,5 Tidak Berpenghuni
Cendikian 13 Tidak Berpenghuni



SARANA TRANSPORTASI
1. Sarana Transportasi Laut
Sarana transportasi laut yang siap melayani wisatawan ke Karimunjawa ada 2 jenis:
* KAPAL FERRY KM MURIA
berkapasitas 250 penumpang dengan 2 tingkat dek. Waktu tempuh Jepara-Karimun 5-6 jam perjalanan. (Dalam perjalanan dari dan ke Karimunjawa pada bulan tertentu perjalanan di /dikawal oleh sekawanan lumba – lumba yang menari nari disamping kapal)

* KAPAL CEPAT KARTINI I
Yang diluncurkan tg 13 april 2004 ,kapal khusus penumpang berkapasitas 168 penumpang dengan fasilitas AC. Dengan waktu tempuh 2,5 jam perjalanan dari dermaga Kartini Jepara ke Karimunjawa, sedangkan dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah 3,5 jam perjalanan

* PERAHU WISATA
Untuk melayani wisatawan yang akan melakukan aktivitas diving, snorkling, maupun mengunjungi pulau-pulau disediakan perahu wisata berupa kapal kayu kapasitas 15 orang dengan tarif Rp. 300.000,- per 6 jam maksimal.
Sementara untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan bawah air dari atas perahu disediakan perahu kaca (glass bottom boat) kapasitas maksimal 16 orang dengan tarif Rp. 450.000,- per jam.

2. Sarana Transportasi udara

Perjalanan udara dapat ditempuh dari bandara Ahmad Yani Semarang dengan pesawat Charter jenis CASSA 212 dengan waktu tempuh ± 30 menit sampai bandara Dewadaru Karimunjawa. Saat ini penerbangan perintis, dilayani dengan sistem penerbangan charter (kura-kura Aviation) yang berkapasitas 2-8 orang

ATRAKSI BUDAYA LOKAL

Berbagai atraksi yang ada di Karimunjawa antara lain: reog/kuda lumping, pencak silat, rebana, organ tunggal, dan gamelan Jawa Karimunjawa terdiri dari multi etnis antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, dan Buton. Penampilan atraksi tersebut dilakukan setiap ada event-event yang sifatnya insidentil . Yaitu antara lain ketika ada kunjungan pejabat Negara ke Karimunjawa, seperti halnya Bupati, Gubernur, Menteri bahkan Presiden.
Diluar atraksi yang sifatnya kebudayaan yang diselenggarakan secara rutin tersebut, ada juga atraksi yang lain misalnya: pelepasan penyu, upacara pelepasan perahu, khoul sunan Nyamplungan (peringatan hari satu suro/peringatan tahun baru hijriyah) oleh masyarakat sekitar.





tag

SENI UKIR, PAHAT DAN MEBEL JEPARA

Posted by athieftemplate, on: Kamis, 18 November 2010



LEGENDA
Dikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik dan mempesona.
Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah laying-layang yang setelah sampai di angkasa diputus talinya.



Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di dekat kota Jepara. Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya.
SEJARAH
1. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.
2. Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.






Sentra Meuble Tahunan



tag