Kelenteng Hian Thian Siang Tee

Posted by athieftemplate, on: Sabtu, 29 November 2008

Kelenteng Welahan yang diberi nama “ Hian Thian Siang Tee “ terletak 24 km kearah selatan dari pusat kota Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah Desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara, dimana berdiri megah 2 buah kelenteng yang dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakaknya bernama Tan Siang Djie.
Untuk menuju Obyek Wisata Sejarah ini didukung dengan berbagai prasarana diantaranya jalan beraspal dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat atau angkutan umum yang lain, karena lokasi Obyek tersebut berdekatan dengan pasar Welahan .
Pada tahun 1830 dimana Gubernur Jendral Belanda yaitu Johanes Graaf Van Bosch berkuasa di Indonesia, yang pada waktu itu disebut penjajahan Hindia Belanda, datanglah seorang Tionghoa totok dari Tiongkok bernama Tan Siang Boe. Kepergiannya dari Tiongkok menuju ke Asia Tenggara tersebut perlu mencari saudara tuanya bernama Tan Siang Djie di Indonesia. Sewaktu berangkat dari Tiongkok bersamaan dalam satu perahu yang ada di dalamnya seorang Tasugagu “ Pendeta “ dimana Tasu tersebut habis bersemedi dari Pho To San di wilayah daratan Tiongkok, merupakan suatu tempat dimana pertapaan dari paduka menteri/ kaisa “ Hian Thian Siang Tee “. Ditengah perjalanan tasu tersebut jatuh sakit, dengan rasa kesetia kawanan dan saling tolong menolong sesama manusia sehingga Tan Siang Hoe merawatnya dengan bekal obat – obatan yang dibawanya dari Tiongkok, ia dapat menyembuhkan penyakit yang diderita Tasugagu tersebut.
Dengan rasa berterima kasih atas kesembuhannya, sewaktu Tasu tersebut mendarat di Singapura memberikan tanda mata ucapan terima kasih kepada Tan Siang Boe berupa satu kantong “ semacam tas “ yang berisi barang – barang pusaka kuno Tiongkok yang terdiri dari : sehelai sien tjiang “kertas halus bergambar Paduka Hian Thiam Siang Tee”, sebilah po kiam “pedang Tiongkok”, satu hio lauw “tempat abu”, dan satu jilid tjioe hwat “buku pengobatan / ramalan”.
Setelah Tan Siang Boe tiba di Semarang, menginap di rumah perkumpulan “Kong Kwan” memperoleh keterangan bahwa saudara tuanya / kakaknya ada di daerah Welahan Jepara, maka beliau pergi untuk menjumpai Tan Siang Djie di tempat tersebut.
Di sana beliau dapat berjumpa dengan saudara tuanya yang masih mondok berkumpul dalam satu rumah dengan keluarga Liem Tjoe Tien. Rumah tersebut masih ada terletak di Gang Pinggir Welahan dan rumah itu sampai sekarang dipergunakan tempat buat menyimpan pusaka kuno “klenteng”sebagai tempat pemujaan dan dihormati oleh setiap orang Tionghoa yang mempercayainya, setelah beberapa waktu lamanya, Tan Siang Boe menetap dengan kakaknya di Welahan, maka pada suatu hari pergilah ia bekerja di lain daerah, sedangkan barang yang berisi pusaka kuno tersebut dititipkan kepada kakaknya. Mengingat keselamatan akan barang-barang titipan tersebut maka oleh Tan Siang Djie barang tersebut dititipkan kepada pemilik rumah Liem Tjoe Tien yang selalu disimpan di atas loteng dari rumah yang didiami. Pada waktu itu, pada umumnya masih belum mengetahui barang pusaka apakah gerang yang tersimpan di atas loteng itu. Selama dalam penyimpanan di atas loteng tersebut setiap tanggal tiga yaitu hari lahir “sha gwe” yakni hari Imlex Seng Tam Djiet dari Hian Thiam Siang Tee, keluarlah daya ghaib dari barang pusaka tersebut mengeluarkan cahaya api seperti barang terbakar, sewaktu-waktu keluarlah ular naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan bagi seisi rumah.
Dengan kejadian itu dipanggilah Tan Siang Boe yang semula menitipkan barang tersebut untuk kembali ke Welahan guna mebuka pusaka yang tersimpan di dalam kantong tersebut. Setelah dibuka dan diperlihatkan kepada orang-orang seisi rumah sambil menuturkan tentang asal mula barang tersebut sehingga ia dapat memiliki pusaka kuno Tiongkok. Dengan adanya asal mula pusaka tersebut maka orang-orang seisi rumah mempunyai kepercayaan bahwa pusaka kuno itu adalah wasiat peninggalan dari Paduka Hian Thiam Siang Tee maka dipujanya menurut adapt leluhur.
Pada suatu hari Lie Tjoe Tien sakit keras dan penyakitnya dapat disembuhkan kembali dengan kekuatan ghaib yang ada di pusaka, dengan kejadian itu maka dari percakapan mulut ke mulut oleh banyak orang sehingga pusaka itu dikenal namanya, dihormati, dan dipuja puja oleh orang yang mempercayainya hingga sekarang.

Menurut keterangan bahwa satu-satunya pusaka Tiongkok yang pertama kali di Indonesia yang dibawa oleh Tan Siang Boe pusaka tersebut yang tersimpan di Welahan sehingga ada perkataan lain bahwa keberadaan klenteng di Welahan adalah yang paling tua di Indonesia.
Dengan keberadaan klenteng yang berada di Welahan bukan hanya didominasi keturunan Tionghoa saja tetapi juga pribumi yang berdatangan dari berbagai kota maupun propinsi untuk memohon pengobatan, tanya nasib, jodoh, bercocok tanam, serta mohon maju dalam usahanya, dan sebagainya
tag

WISATA KULINER

Posted by athieftemplate, on: Jumat, 28 November 2008

Wisata Kuliner

Kabupaten Jepara

1. Adon-adon coro

Adon-adon coro merupakan minuman tradisional dengan bahan : jahe, gula merah, santan, potongan kelapa muda (dibakar), dan jamu (rempah-rempah). Cara pembuatannya adalah : jahe, gula merah, santan, & potongan kelapa direbus dengan air secukupnua sampai mendidih. Sedangkan rempah-rempah sebagai jamu penolak masuk angin diracik (dicampur) tersendiri. Cara penyajiannya : satu sendok jamu ditaruh di dalam mangkok, lalu disiram dengan wedang jahe dan diminum selagi masih panas / hangat.

Pada sore dan malam hari penjaja minuman Adon-adon coro banyak kita jumpai di pelataran sekitar Shopping Centre Jepara (SCJ) di sebelah utara Alun-alun Jepara. Harganya cukup murah dan dijamin dapat menghangatkan badan.

2. Es Gempol / Pleret

Bahan-bahannya terdiri dari gempol/pleret, santan, dan gula cair. Gempol/pleret berasal dari tepung beras yang dibuat adonan, dibentuk dan diberi warna lalu dikukus. Gempol berbentuk bulat sebesar kelereng sedangkan pleret berbentuk seperti kantong kecil. Cara penyajiannya sangat sederhana, gempol/pleret dimasukkan gelas/mangkok lalu disiram santan dan gula. Gempol dan pleret dapat disajikan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Bagi yang suka minuman segar, dapat ditambah es secukupnya.

3. Es Dawet / Cendol

Bahan minuman ini adalah cendol dari tepung sagu/aren, gula merah, dan santan. Semua bahan dicampur jadi satu dalam gelas/mangkok, bila diperlukan ditambah aroma/rasa buah tertentu, paling nikmat bila dicampur buah durian dan bila diperlukan ditambah es secukupnya.

4. Rondho Royal

Rondho royal adalah tape dibungkus adonan tepung terigu ditambah gula & garam secukupnya (bila diperlukan) digoreng.

5. Klenyem

Klenyem terbuat dari singkong (ketela pohon) yang diparut dan diperas (untuk mengurangi patinya) kemudian dibentuk gepeng dan oval di dalamnya diisi gula merah lalu digoreng.

6. Kenyol

Untuk membuat kenyol, singkong/ketela pohon diparut dan diperas, kemudian diisi gula merah dan dibungkus daun pisang lalu dikukus.

7. Nogosari

Nogosari terbuat dari tepung beras yang dibuat adonan, diisi pisang masak, dibungkus daun pisang, lalu dikukus.

8. Moto Belong

Cara membuat moto belong adalah singkong diparut dan diperas lalu diisi pisang masak dan dibentuk seperti kapsul (bila perlu diberi warna). Setelah itu dibungkus daun pisang dan dikukus. Penyajiannya dengan cara dipotong/diiris tipis-tipis (sehingga berbentuk menyerupai bola mata) dan dicampur dengan parutan kelapan yang ditambah sedikit gula & garam.

9. Poci

Poci terbuat dari adonan tepung ketan dan santan kemudian dibentuk kerucut dan dibungkus daun pisang. Didalamnya diisi campuran parutan kelapa & gula merah lalu dikukus.

10. Kuluban

Kuluban adalah urap-urap dengan bahan kacang panjang (+ daunnya) dan ketimun yang dicincang (dipotong kecil-kecil) ditambah kecambah yang semuanya mentah.

11. Pecel Ikan Laut Panggang

Adalah ikan laut yang dipanggang (dibakar) dan disajikan bersama sambal santan.

12. Horok-horok

Horok-horok adalah tepung sagu yang dikukus. Setelah masak dituang dalam tempayan dan diaduk dengan sisir. Sehingga walaupun kenyal dan liat, namun bentuknya menjadi butiran-butiran kecil menyerupai sterofoam. Untuk menambah rasa, bisa ditambahkan sedikit garam dan dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado, pecel, atau sate kikil.

13. Bontosan

Bontosan merupakan bahan baku kerupuk tengiri. Daging ikan tengiri yang dihaluskan dicampur dengan tepung beras dan dibentuk gelondongan (seperti kapsul) lalu dibungkus daun pisang/plastik kemudian dikukus.

14. Talam

Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, tepung maizena, gula merah, santan, garam, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, dan gula merah dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 4 lapisan. Kemudian tepung maizena & santan direbus dan dicurah pada lapisan paling atas. Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.

15. Moka

Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, gula merah, gula pasir, santan, garam, pala, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, gula pasir, dan santan dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 3 lapisan. Kemudian tepung beras, tapioka, gula merah & santan direbus dan dicurah pada 2 lapisan atas. Pada permukaan paling atas ditaburi pala yang ditumbuk (dihaliskan). Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.

16. Sengkolon

Bahan pembuatnya terdiri : Tepung ketan, tepung tapioka, santan, gula pasir, air jahe, dan pewarna. Semua bahan (kecuali warna) dibuat menjadi satu adonan lalu dikukus. Di bagian atas kue diberikan warna sesuai selera supaya lebih menarik.

17. Kacang Listrik / Oven

Biji kacang yang masih terbungkus kulit ari diberi bumbu bawang putih dan garam lalu dikeringkan (diangin-angin). Kemudian digoreng dengan pasir putih sampai masak. Jangan lupa, kacang dituang ke pasir setelah pasir dalam keadaan panas.

18. Krupuk Tengiri,kerapu

Bahan baku kerupuk tengiri adalah bontosan (sesuai point 13) yang diiris tipis lalu dijemur di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering. Setelah kering digoreng dengan minyak goreng atau dengan pasir putih (istilahnya kerupuk bakar).

19. Carang Madu

Bahan pembuat carang madu adalah tepung beras, gula merah, dan bumbu (garam dll.). Cara pembuatannya : tepung dibuat adonan agak encer dan dibentuk seperti sarang/jaring laba-laba (dengan media plastik yang diberi lubang kecil di sudutnya) lalu dijemur hingga kering. Setelah itu digoreng, selagi masih panas diberi tetesan adonan gula merah.

20. Sop Udang

Sop udang sama dengan sop pada umumnya, hanya saja ada memakai kaldu udang ditambah udang goreng dan cabe mentah yang ditumbuk (digeprek). Sop ini akan lebih nikmat dimakan selagi masih panas / hangat.

21. Pindang Srani

Bahan utamanya ikan (diusahakan ikan segar) ditambah bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, sereh, jahe, terasi (sedikit), gula merah, garam, merica / lada, daun salam, dan lengkuas. Semua bumbu diracik dan direbus, setelah air mendidih ikan dimasukkan sampai masak. Diusahakan jangan terlalu lama supaya lebih fresh dan protein ikan tidak banyak yang hilang.

22. Durian Petruk

Asal mula durian ini adalah dari Dukuh Randusari Desa Tahunan – Jepara. Bentuk buahnya bulat telur terbalik (ujungnya agak runcing), kulit buahnya tipis (+ 3 mm), dan warnanya hijau kekuningan. Daging buah berwarna kuning, berserat halus, agak lembek, dan rasanya sangat manis, namun aromanya tidak begitu tajam / menyengat. Jumlah pongge per buah berkisar antara 5-10 biji sempurna. Ukuran bijinya kecil dan berbentuk lonjong. Kemampuan produksi antara 50 – 150 buah per pohon dengan berat buah masing-masing antara 1 kg. – 1,5 kg.

Durian Petruk sekarang sudah dilepas sebagai varietas unggul nasional dan terus diteliti untuk dikembangkan. Setiap tahun, di Jepara selalu diadakan Lomba Buah-Buahan dengan durian sebagai kontestan utamanya. Event ini berlangsung pada bulan Desember, saat musim durian mencapai puncaknya.

Sentra penjualan durian di Jepara adalah Pasar Ngabul (7 km sebelum masuk kota Jepara dari arah Kudus). Tapi jika anda ingin menikmati buah durian sambil menikmati suasana pedesan, anda dapat membeli langsung kepada pemilik pohon yang tersebar hampir disemua desa di Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara, dan biasanya harganya lebih murah.

23. Rumput Laut

Rumput laut diolah dalam beberapa jenis makanan seperti:

1.PUDING / AGAR-AGAR

Rendam rumput laut dalam air selama 30-60 mebit

Rebus rumput laut dengan 6 gelas air

Campurkan gula dan pewarna /essence/santan/susu secukupnya

Setelah mendidih rumput laut jadi lumer,tuangkan dalam cetakan

Dinginkan hingga membeku,pudding,siap disajiakan

2.MANISAN AGAR-AGAR

Rendam rumput laut dalam air matang yang sudah dingin hingga mengembang bentuk semua dalam waktu menit.

Tiriskan kemudian dipotong-potong sesuai selera

Rendam dengan larutan gula/sirup tambahan perasa sesuai selera

Tiriskan manisan siap disajiakan

3.ES RUMPUT LAUT

Rendam rumput laut dalam air selama 30- 60 menit

Kemudian dipotong-potong sesuai selera

Siapkan Es dan sirup sesuai selewra

Masukkan rumput laut ke dalam es

Es siap disajikan

4.DAWET AYU RUMPUT LAUT

Rendam rumput laut dalam air selama 30- 60 menit

Rebus rumput laut dengan 6 gelas air pastikan rumput laut hancur dan mengental

Matikan api dinginkan selama 10 menit

Siapkan es dalam panci kemudian tuangkan larutan rumput laut melalui corong tepat diatas es batu

Siap dinikmati



Cara menghidangkan



Siapkan sirup gula jawa dalam gelas secukupnya tambahkan santan dan dawet rumput yang sudah beku dan es batu







tag

LAIN-LAIN

Posted by athieftemplate, on: Kamis, 27 November 2008
tag

PETA WILAYAH

Posted by athieftemplate, on:


tag

ROTI

Posted by athieftemplate, on: Rabu, 26 November 2008


Sejarah Singkat Industri Roti

Pada tahun 1960 – an ada 2 orang penduduk desa Bugo yang bernama bapak Sunar dan bapak Kaswi yang bekerja pada perusahaan roti milik orang Cina di Kudus. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan roti tersebut mereka akhirnya mengusai cara dan teknik pembuatan roti. Kemudian pada tahun 1970 an setelah merasa mampu dan menguasai cara pembuatan roti, mereka memutuskan untuk usaha mandiri dalam bidang pengolahan kue dan di desa Bugo.

Pada awalnya mereka membuat kue dan roti bolang baling,roti moho, roti manis dan untir untir. Namun saat itu usaha pengolahan kue kue dan roti belum bisa berkembang , karena masyaraka masih asing dengan produk produk tersebut. Bahkan poduk produk tersebut masih di anggap makanan mewah yang hanya dapat dibeli oleh kalangan menengah ke atas. Namun dengan kesabaran, ketekunan dan keuletannya lambat laun produk produk ini mulai di kenal dan diminati masyarakat.

Pada saat itu beberapa orang penduduk desa Bugo bekerja sebagai tenaga kerja di perusahaan kue dan roti milik Bapak Kaswi dan Bapak Sunar . Akhirnya semakin banyaklah orang desa Bugo yang menguasai cara pengolahan roti dan kue kue tersebut, dan mulai semakin bertambah banyak pula masyarakat desa Bugo yang mendirikan usaha pengolahan kue dan roti dalam skala industri rumah tangga ( home industri ).

Selain Bapak Kaswi dan Bapak Sunar, akhirnya muncullah nama nama yang lain seperti Bapak Kliwon, Bapak Sukamat, Bapak Kuat, Bapak Rahmat, dan Bapak Sugono yang mendirikan usaha pengolahan roti dan kue – kue dalam skala home industri di desa Bugo Welahan Jepara ini.

Pada sekitar era 80- an Bapak Kuat dan Bapak Sukamat berusaha mengmbangkan usaha pengolahan aneka kue dan roti ini di Jakarta. Ternyata usaha mereka di Jakarta maju dengan pesat. Kondisi ini membuat warga Bugo yang lain tertarik mengikuti mereka untuk merantau dan berusaha di Jakarta. Pada saat itu bahkan usaha pengolahan aneka roti dan kue dari pengusaha desa Bugo ini berkembang di kota kota Jawa Barat seperti Banten, Cikampek, Bogor, Krawang dan sebagainya.

Namun pada tahun 1987 banyak dari warga Bugo ini yang akhirnya kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan usahanya di daerah sendiri. Usaha pengolahan aneka kue dan roti di desa Bugo ini akhirnya dari tahun ke tahun tambah pesat. Kondisi ini membuat inisiatif warga desa Bugo untuk mendirikan koperasi yang berbadan hukum dengan nama ” KOPINKRA KARYA BOGA ” ( Koperasi Industri Dan Kerajinan Karya Boga ) yang anggotanya adalah para pengrajin kue dan roti dari desa Bugo. Kemudian koperasi ini juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan produk tepung terigu yaitu ” Sri Boga Ratu Raya ” dari Semarang.

Desa Bugo saat ini benar benar telah menjadi sentra industri kue dan roti yang di buktikan dengan di resmikannya desa Bugo sebagai pusat dan pasar perdagangan aneka kue dan roti oleh Bapak Bupati Jepara . Dengan demikian dalam memasarkan produknya masyarakat produsen kue dan roti tidak perlu memasarkan sendiri ke konsumen, melainkan ada para pedagang yang mengambil langsung ke pusat produk di desa Bugo ini untuk di pasarkan ke kota Jepara, Kudus, Rembang, Pati, Semarang, Demak dan kota kota lainnya.

tag

KERAMIK

Posted by athieftemplate, on:

Mayong, selain dikenal sebagai kota kelahiran RA. Kartini juga sebagai pusat keramik / gerabah. Produknya telah menembus pasar mancanegara. Terletak 25 km sebelah timur Jepara arah Kudus
tag

ROTAN

Posted by athieftemplate, on:

Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu yang selama ini menopang kehidupan bagi sekurangnya dua juta rakyat Indonesia. Namun, kondisi yang terjadi terhadap petani rotan adalah keterpurukan akibat rendahnya harga rotan di tingkat petani
Industri kerajinan rotan beserta berbagai produknya dapat kita jumpai di desa Teluk Wetan Kecamatan Welahan Jepara. Produk yang dihasilkan dapat memenuhi pasar lokal maupun ekspor.
tag

KERAJINAN MONEL

Posted by athieftemplate, on:

Bahan boleh sama, tapi lain daerah lain sebutannya. Itulah yang dialami monel. Monel merupakan logam sejenis besi yang di tempat lain orang biasa menyebutnya baja putih. Keunikan logam ini antara lain tidak berkarat, karena itu cocok digunakan untuk aksesori tubuh. Segala macam aksesori, mulai dari kalung, gelang, cincin, anting, ikat pinggang hingga alat untuk kerokan.
Aksesori monel inilah yang diproduksi dan banyak dijajakan di Desa Kriyan, kalinyamatan, Jepara, sekitar 18 km sebelah selatan Jepara dari arah Kudus.
tag

KESENIAN JEPARA: WAYANG KULIT

Posted by athieftemplate, on:

Pagelaran Rutin diselenggarakan 5 kali dalam setahun saat sabtu legi pukul 20.00 WIB di halaman Shopping Center Jepara(SCJ).
Dimana setiap kali pementasannya dibawakan oleh 2 dalang, 5 sinden dan sekitar 20 orang pangrawit, yang terkadang diselingi oleh campur sari. Setelah pementasan, diadakan sarasehan dan ajang ekspresi sesama dalang.
Menurut Bapak Drs.Suliyono,MM selaku Ketua Komda tingkat II Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).
tag

Tari Tayub

Posted by athieftemplate, on:
Tari Tayub atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.
tag

EMPRAK

Posted by athieftemplate, on:




Emprak adalah :

Jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berakar di masyarakat yang merupakan perpaduan dari music ,gerak (tari ),dan peran (lakon) dengan mengangkat sebuah tema berupa cerita tentang kehidupan dengan maksud memberikan pesan moral kepada masyarakat,

I.Emprak pada jaman dulu :

  • Jumlah pemain 9-15 orang semuanya laki-laki

  • Bila ada peran wanita,maka sebagian pemain berdadan ala wanita
  • Alat music (instrument) pengiring berupa terbang (rebana) besar ,terbang kecil, dan kentongan
  • Pakaian (kostum ) pemain :kaos ,sarung ,dan koplak (topi ) bayi
  • Rias wajah :ala kadarnya yang penting mennunjukkan kesan lucu / kocak
  • Waktu pementasan malam hari dengan durasi semalam suntuk
  • Tempat pentas di antai dengan gelaran tikar (lesehan )

II.Emprak di masa sekarang :

  • Jumlah pemain minimal 5 orang & maksimal tidak terbatas terdiri perempuan dan laki-laki
  • Laki-laki yang berdandan ala wanita terkadang masih ada ( tergantung permintaan )
  • Alat music (instrument) pengiring berupa terbang (rebana) besar ,terbang kecil, dan kentongan ditambah alat musik modern seperti orgen, gitar, dan suling
  • Pakaian (kostum ) pemain :Rompi, dan celana panjang/sarung
  • Rias wajah :cenderung bagus tapi tetap mennunjukkan kesan lucu / kocak
  • Waktu pementasan malam hari dengan durasi semalam suntuk atau disesuaikan dengan permintaan (1-2 jam)
  • Tempat pentas di lantai atau dipanggung

III. Tema Cerita

Tema diambil dari kejadian di masyarakat,seperti : kawin lari,kawin paksa, perselisihan rumah tangga, dllyang diakhiri dengan pesan-pesan dan hikmah dari cerita yang dipentaskan. Dalam menyuguhkan suatu cerita juga diselingi dengan lawak/banyolan, tuntunan-tuntunan, penerangan (tentang pertaniaan ,agama, norma, politik, dll )

IV. Pola permainan

  • Musik pembuka
  • Tarian khas emprak
  • Lawak /banyolan
  • Lagu-lagu
  • Cerita
  • Penutup

V. Kelompok yang masih Exis

Saat ini diJepara terdapat 5(lima)kelompok Emprak yang masih eksis dan aktif yang terdapat di kecamatan Mlonggo,kecamatan Bangsri, dan kecamatan Keling gengan mayoritas pemainnya berusia tua

VI.Pentas diluar wilayah Jepara :

Mengikuti festival kesenian, mengisi acara televisi (TVRI Semarang ), PRPP, Maerokoco,TMII, dll



tag